Kamis, 19 Juni 2014

SEJARAH DILUPAKAN PANCASILA DALAM KEGALAUAN


“Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri” inilah salah satu kata-kata yang pernah dikumandangkan oleh pendiri bangsa ini Ir. Soekarno. Ini juga sebagai pesan yang dititipkan kepada penerus bangsa untuk selalu ingat untuk membangun bangsa ini kearah yang lebih baik. Di era perkembangan jaman seperti saat ini sungguh banyak orang yang mencita-citakan bangsa ini untuk maju, tetapi sangat sedikit orang yang bekerja nyata untuk memajukan bangsa ini. Sering sekali kita mendengar orang yang meneriakan cinta tanah air tetapi aksinya untuk cinta tanah air tidak ada. Lebih-lebih masalah sejarah bangsa dan panca sila terkadang mereka hafal saja tidak apalagi mengamalkannya sebagai pedoman hidup. Kembali lagi kita mengingat kata Bung Karno “Jas merah (jangan sekali-kali meninggalkan sejarah)” dari kata-kata tersebut jelas bahwa kita harus menghargai jasa para pahlawan yang berjuang untuk memerdekakan bangsa ini. Akan tetapi sekarag kebanyakan orang tidak peduli akan sejarah dan pancasila sehingga muncul pernyataan “Pancasila Dalam Kegalauan” artinya pancasila sudah semakin ditinggalkan dan msyarakat sudah semakin tidak perduli, dari 37 butir-butir pancasila tersebut sudah semakin hilang.
Jika dilihat dari sejarahnya pancasila digali dari bumi persada Indonesia oleh Ir. Soekarno, pada saat itu sukarno sedang berada di kota Ende merupakan sebuah kota di pulau Flores, tepat dibawah pohon sukun Soekarno menjahit ide-ide besarnya mengenai Indonesia masa depan, termasuk ideology bangsa Pancasila. Dalam buku otobiografinya, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, Soekarno mengatakan: “Di pulau Bunga yang sepi tidak berkawan aku telah menghabiskan waktu berjam-jam lamanya merenungkan di bawah pohon kayu. Ketika itu datang ilham yang diturunkan oleh Tuhan mengenai lima dasar falsafah hidup yang sekarang dikenal dengan Pancasila. Aku tidak mengatakan, bahwa aku menciptakan Pancasila. Apa yang kukerjakan hanyalah menggali tradisi kami jauh sampai ke dasarnya dan keluarlah aku dengan lima butir mutiara yang indah.” Dari sana sangat jelas kita dapat tafsirkan betapa besarnya cita-cita Soekarno untuk membangun bangsa ini, dan beliau tidak ingin menepuk dada dengan apa yang beliau lahirkan. Tetapi setelah itu tercipta sekarang semakin dditinggalkan oleh penerus bangsa ini. Terbukti dari hilangnya pembelajaran tentang PPPP (Pedoman Pengamalan Peghayatan Pancasila), sehingga masyarakat sekarang individual dan rasa nasionalis serta patriotismenya menghilang.
Hampir 69 tahun bangsa Indonesia merdeka dari penjajah, tetapi belum merdeka dari pendidikan, ekonomi, dan kesehatan masih banyak kesenjangan yang terjadi di masyarakat, lebih-lebih dengan pengaruh global sekarang ini masyarakat cendrung tidak peduli akan kearifan lokal dan jati diri bangsanya. Jika dulu kepemimpinan Soekarno adalah orde lama, Soeharto orde baru, setelah itu tahun 1968 lahirlah orde reformasi tetapi setelah lahir reformasi semakin banyak terjadi penyimpangan terhadap Pancasila dan tidak peduli lagi terhadap sejarah, korupsi semakin menjamur, masyarakat semakin individual semangat gotong royong hilang, rasa nasionalisme dan patriotisme memudar, masyarakat menjadi konsumtif, karena lebih bangga terhadap produk-produk impor dan masih banyak lagi yang lainnya.
Dari sekian banyak maslah yang terjadi muncul pertanyaan, “ketika semua itu telah terjadi siapakah yang harus bertanggungjawab? Maka jawabannya adalah semua lapisan masyarakat, dan komponen negara, mulai dari keluarga-pemerintah, yang terpenting adalah dimulai dari kesadaran diri sendiri. Karena kita hanya dititipkan negara ini untuk membawanya agar lebih maju. “Ku titipkan bangsa dan negara ini padamu” inilah petikan kata-kata Bung Karno mengajak agar kita selalu ingat pada jati diri. Serta “Bangunlah Jiwanya Bangunlah Raganya Untuk Indonesia Raya” penggalan lirik lagu ini mengingatkan kita harus membangin karakter terlebih dahulu baru pengetahuan agar Indonesia jaya. Maka dari itu marilah kita belajar berbuat baik benar dan betul jangan berbuat baik dan benar hanya kebetulan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

INGAT KOMENTARNYA :